Rabu, 06 Februari 2013
layang-layang(permainan indonesia)
di
02.59
Diposting oleh
Allief Muh IqTa
Memandang langit pada saat ini hanya akan melihat awan putih dan birunya langit, tak akan ada fenomena lain selain pesawat yang melintas. Berkilas lima belas tahun silam ketika kita masih suka bermain kertas yang diterbangkan melalui benang, bernama layang-layang.
Layang layang, dimana lagi kita bisa melihat anak-anak yang bermain layang layang? Hampir disetiap sudut kota kita tak pernah melihat layang layang diterbangkan, bahkan tak satupun pedagang layang layang muncul disaat musim panas tiba. Nah, sekarang zaman telah berubah sangat drastis, lebih canggih dan anak-anak tidak pernah doyan dengan sajian membosankan dari sebuah layang layang.
Padahal, layangan adalah permainan yang sangat mengasyikan . jika kita mengingat kembali, disaat kecil kita suka bermain layan-layang, bahkan sampai saat ini kalo diajak maen layang kita mungkin masih mau. kita ulur layang kita naik tinggi banget, repotnya kalo mau pulang harus narik setarik demi setarik sampai kepegang tangan. Yang paling menyenangkan adalah ketika kita mencoba memutus layang-layang teman, saling ulur dan saling tarik sampai salah satu ada yg putus. Dikala putus layang-layang itu akan terbang jauh dan dikejar ma anak-anak kecil siapa yg dapat dia yg berhak atas layang putus itu, bahkan ada juga yang tersangkut dipohon. Belum lagi saat ini sudah banyak modifikasi dari layan layang, ada yang berbentuk binatang, tokoh kartun, atau sebuah benda. semua itu dilakukan agar menarik perhatian yang melihatnya.
LIhat, betapa mengasyikannya bukan bermain layang layang? bahkan ternyata ada filosofi dibalik bermain layang-layang tersebut, yaitu harapan atau cita-cita. Kita dan beberapa orang pasti mempunyai harapan atu cita-cita, maka terbangkanlah harapan kita itu setinggi-tingginya, seperti layang layang.
Layang-layang, layangan, atau wau (di sebagian wilayah Semenanjung Malaya) merupakan lembaran bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali. Layang-layang memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya. Dikenal luas di seluruh dunia sebagai alat permainan, layang-layang diketahui juga memiliki fungsi ritual, alat bantu memancing atau menjerat, menjadi alat bantu penelitian ilmiah, serta media energi alternatif.
Catatan pertama yang menyebutkan permainan layang-layang adalah dokumen dari Cina sekitar 2500 Sebelum Masehi. Penemuan sebuah lukisan gua di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, pada awal abad ke-21 yang memberikan kesan orang bermain layang-layang menimbulkan spekulasi mengenai tradisi yang berumur lebih dari itu di kawasan Nusantara. Diduga terjadi perkembangan yang saling bebas antara tradisi di Cina dan di Nusantara karena di Nusantara banyak ditemukan bentuk-bentuk primitif layang-layang yang terbuat dari daun-daunan. Di kawasan Nusantara sendiri catatan pertama mengenai layang-layang adalah dari Sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) (abad ke-17) yang menceritakan suatu festival layang-layang yang diikuti oleh seorang pembesar kerajaan.
Dari Cina, permainan layang-layang menyebar ke Barat hingga kemudian populer di Eropa. Layang-layang terkenal ketika dipakai oleh Benjamin Franklin ketika ia tengah mempelajari petir.
Fungsi layang-layang
terdapat berbagai tipe layang-layang permainan. Yang paling umum adalah layang-layang hias (dalam bahasa Betawi disebut koang) dan layang-layang aduan (laga). Terdapat pula layang-layang yang diberi sendaringan yang dapat mengeluarkan suara karena hembusan angin. Layang-layang laga biasa dimainkan oleh anak-anak pada masa pancaroba karena biasanya kuatnya angin berhembus pada masa itu.
Di beberapa daerah Nusantara layang-layang dimainkan sebagai bagian dari ritual tertentu, biasanya terkait dengan proses budidayapertanian. Layang-layang paling sederhana terbuat dari helai daun yang diberi kerangka dari bambu dan diikat dengan serat rotan. Layang-layang semacam ini masih dapat dijumpai di Sulawesi. Diduga pula, beberapa bentuk layang-layang tradisional Bali berkembang dari layang-layang daun karena bentuk ovalnya yang menyerupai daun.
Di Jawa Barat, Lampung, dan beberapa tempat di Indonesia ditemukan layang-layang yang dipakai sebagai alat bantu memancing. Layang-layang ini terbuat dari anyaman daun sejenis anggrek tertentu, dan dihubungkan dengan mata kail. Di Pangandaran dan beberapa tempat lain, layang-layang dipasangi jerat untuk menangkap kalong atau kelelawar.
Penggunaan layang-layang sebagai alat bantu penelitian cuaca telah dikenal sejak abad ke-18. Contoh yang paling terkenal adalah ketika Benjamin Franklin menggunakan layang-layang yang terhubung dengan kunci untuk menunjukkan bahwa petir membawa muatan listrik.
Layang-layang raksasa dari bahan sintetis sekarang telah dicoba menjadi alat untuk menghemat penggunaan bahan bakar kapal pengangkut. Pada saat angin berhembus kencang, kapal akan membentangkan layar raksasa seperti layang-layang yang akan "menarik" kapal sehingga menghemat penggunaan bahan bakar.
Cara membuat layang-layang
Persiapkan bahan-bahan berikut: 1 potong bambu tipis dengan lebar +/- 1 cm dan panjang +/- 80 cm, 1 potong bambu tipis dengan lebar +/- 1 cm dan panjang +/- 40 cm, Kertas tissue atau kertas minyak dengan ukuran sesuai dengan ukuran bambu, Spidol, Pita gulungan agak tebal, Tali atau benang, Gunting, Isolasi, Meteran.
1. Letakkan kedua bambu secara menyilang dengan titik pertemuan pada 1/3 dari bambu yang paling panjang Rekatkan kedua bambu tersebut dengan menggunakan tali atau benang.
2. Ikat dan hubungkan ke empat ujung bambu dengan tali atau benang hingga membentuk wajik.Sekarang rangka layang-layang selesai, lalu letakkan rangka layang-layang tersebut diatas kertas.
3. Tandai kertas tersebut dengan spidol sehingga mengikuti bentuk rangka layangan.
Tambahkan ekstra 2.5 cm untuk garis potongan.
4. Gunting kertas tersebut mengikuti garis potongan.
5. Lipat bagian kertas kearah belakang, lalu rekatkan pada rangka dengan menggunakan isolasi.
6. Untuk keseimbangan, tambahkan ekor dari tali atau benang sepanjang sekitar 1 meter, ikatkan pada bagian bawah layang-layangLangkah, tambahkan guntingan kertas untuk memperindah.
7. Buatlah lubang di tengah-tengah layangan (dekat dengan tempat penyilangan bambu rangka) masukkan tali atau benang layangan ke lubang dan ikatkan ke titik persilangan, lalu ikatkan ujung yang lain ke ujung bawah rangka layangan ( panjang tali sekitar 90cm).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jangan di salin jika tidak izin "Allief Muhammad IqTa". Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar